Home Politik & Hukum Istighotsah KUPI untuk Negeri: Segera Sahkan UU PPRT

Istighotsah KUPI untuk Negeri: Segera Sahkan UU PPRT
Dihadiri ribuan muslimah

by admin

tugkumenyala.com – Melengkapi berbagai ikhtiar masyarakat sipil untuk percepatan pengesahan Undang-undang Perlindungan PRT (UU PPRT), Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI) pada Sabtu (4/2/2023) malam mengadakan Istighotsah kubro bertajuk Doa KUPI untuk Negeri.

Istighotsah Kubro ini dihadiri ribuan muslimah dari berbagai wilayah di Indonesia. Setidaknya ada 10 pondok pesantren (Ponpes) yang mengerahkan para santriwatinya untuk ikut bergabung dalam istighosah yang dihelat secara hibrid melalui link zoom tersebut.

Sejumlah Serikat  PRT juga menyelenggarakan pengajian bersama untuk ikut bergabung dalam acara Istighosah yang  berlangsung selama hampir tiga jam tersebut.  Istighotsah diramaikan dengan pembacaan ayat suci Alqur’an, pembacaan doa, pembacaan puisi, pembacaan shalawat dan pernyataan dukungan dari sejumlah ulama yang tergabung dalam KUPI dan tokoh perempuan.

Ketua Majelis Musyawarah KUPI  Nyai Haji Badriyah Fayumi saat membuka acara menyampaikan harapannya agar doa bersama ini bisa memudahkan perjuangan PRT dan para aktivis perempuan mendesak pengesahan UU PPRT.

“Semoga upaya kita mengetuk langit pada malam hari ini bisa membuka dan mencairkan hati-hati yang masih beku sehingga bisa menyegerakan pengesahan UU PPRT,” pesan Nyai Badriyah yang juga pimpinan Ponpes Mahasina Bekasi, Jawa Barat.

Harapan yang sama juga disampaikan oleh Ketua KOWANI, Giwo Rubianto Wiyogo yang menyebut bahwa , pengesahan UU PPRT sudah sangat mendesak mengingat kekerasan terus terjadi.

“Kekerasan terhadap PRT seperti gunung es, kecil di atas tapi sangat besar di bawah,” ujarnya.

Sebelum inti acara dimulai, Koordinator Jala PRT memaparkan gambaran situasi terkini nasib para PRT. Lita yang sejak tahun 2000an sudah mendampingi para PRT memaparkan kondisi yang dialami Khotimah. yang saat ini masih terbaring di rumah sakit akibat tindakan tidak manusiawi dari majikannya. Ia mengatakan korban kekerasan terus berjatuhan akibat tidak adanya UU yang melindungi mereka.

“Setiap hari kami menerima pengaduan 10 hingga 11 kasus yang selalu menempatkan PRT sebagai korban berbagai bentuk kekerasan yang berkarakteristik perbudakan,” jelas Lita yang membuat peserta meirnding mendengarnya.

Kita harus memperlakukan PRT dengan baik bukan karena alasan kemanusiaan atau kasihan semata, tetapi karena kita wajib berterima kasih kepada mereka. Tanpa mereka, kita tidak bisa hidup tenang dan nyaman. Sesungguhnya, para PRT adalah para pahlawan kita semua,”

Rangkaian Istighotsah

Selanjutnya Nyai Hj Nuryati Murtadho (Katua Harokah Majlis Taklim Indonesia) memimpin pembacaan khataman dan doa khataman yang dilanjutkan dengan pembacaan tahlil bersama dengan dipimpin oleh Nyai Hj. Liliek Noer Chalida (Pengasuh Pondok Pesantren Al Hikmah Purwosari Kediri).

Sedangkan Ibu Nyai Rahmi Kusbandiah (Pengasuh PP. Darul Hikmah Tanak Beak Lombok Barat) memimpin pembacaan Istighotsah yang kemudian dilanjutkan dengan pembacaan doa oleh KH Dr Husein Muhammad dari Ponpes Dar al-Fikr Arjawinangun Cirebon dan Nyai Ruqoyah Maksum dari Majlis Taklim Al Maksumi.

KH Abdullah Aniq Nawawi yang berkesempatan memberikan taudziah langsung dari Gorontalo mengatakan pengesahan UU PPRT harus dilakukan sebagai wujud terima kasih kita kepada PRT.

“Kita harus memperlakukan PRT dengan baik bukan karena alasan kemanusiaan atau kasihan semata, tetapi karena kita wajib berterima kasih kepada mereka. Tanpa mereka, kita tidak bisa hidup tenang dan nyaman. Sesungguhnya, para PRT adalah para pahlawan kita semua,” katanya.

Pada kesempatan itu juga ditayangkan 15 video pendek berisi dukungan para tokoh untuk menyegerakan pengesahan UU PPRT seperti dari Menaker Ida Fauziah, Rektor IAIN Walisongo Semarang Imam Taufik, Ketua Dewan Pers  Ninik Rahayu, Komisioner Komnas HAM Anis Hidayah,  anggota DPR Luluk Hamidah, serta sejumlah ulama dan aktivis perempuan seperti Kyai Husein Muhammad, Gus Aniq, Nyai Hj Nur Rofiah Bil Uzm, Nyai Hj Hindun Annisa, Abdurrahman Kasdi, Valina Sinka, Evi Muafiyah; Eva Sundari, Alissa Wahid, Asdir Ali, Margareth.

Lantunan shalawat musawa oleh Sanada Voice dan pembacaan 2 puisi tentang PRT karya Eva Sundari “Aku Ingin” yang dibacakan oleh Nyai Fatmawati Hilal dan “Bisikan Narsih” oleh Nyai Muyassaroh Hafidzoh turut meramaikan istighotsah ini.

Related Articles

Leave a Comment