Home Sosial & Budaya Ini Pengalaman Di Wuhan: Bangun Koordinasi Lewat Grup Media Sosial

Ini Pengalaman Di Wuhan: Bangun Koordinasi Lewat Grup Media Sosial

by admin

JAKARTA- Pemerintah telah membentuk Satuan Tugas Percepatan Penanggulangan Corona. Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat dan Jawa Tengah telah melakukan pembatasan kegiatan masyarakat dengan meliburkan sekolah dan kantor. Masyarakat diminta tenang, dan tetap tinggal di rumah untuk menghindari penyebarab virus Corona. Masyarakat wajib menjaga daya tahan tubuh.

Bergelora.com, Senin (16/3) mewawancarai dan dimuat ulang di Tungkumenyala.com pengalaman beberapa mahasiswa Indonesia di Wuhan yang saat ini sedang pulang kampung di Indonesia. Ada banyak pelajaran dari pengalaman mereka saat Wuhan diserang wabah Corona pada Januari-Februari 2020 lalu.

Rio, mahasiswa Indonesia yang kuliah di China University of Geosciences, Wuhan saat itu berada 9 hari pada puncak wabah di Wuhan. Ia menegaskan saat ditengah wabah masyarakat harus mendengarkan dan patuh pada pemerintah.

“Ya sadar diri. Kalau dilarang keluar harus patuh,” tegas Rio yang saat itu tinggal di sebuah apartemen di Jalan Lumolu dekat China University of Geosciences di Kota Wuhan.

Ia menceritakan di apartemen disiapkan petugas berjaga di gerbang utama. Penghuni tidak diijinkan keluar kalau tidak mendesak.

Untuk suplai makanan dibentuk grup WeChat oleh pengelola apartmen. Lewat grup Wechat mereka bertugas mendistribusikan kebutuhan penghuni apartemen.

“Siapa yang mau berbelanja untuk kebutuhan sehari-hari dan bisa pakai sampaikan di group WeChat yang dibuat per lantai apartmen digroup bisa order kebutuhan pokok. Setelah diantar bayar ditempat,” jelasnya.

Atau menurutnya, dalam sebuah keluarga ada 6 orang, “Nah yang boleh keluar hanya boleh 1 orang untuk belanja deberi waktu 2 jam dalam waktu seminggu.

Ia menjelaskan bahwa sesama anggota keluarga harus saling menjaga dan mengingatkan tentang kebersihan.

“Jika ada yang sakit harus segera melapor ke petugas medis yang juga ada dalam grup WeChat dan berjaga di apartemen. Nanti mereka cek apakah cuma batuk pilek biasa atau lain-lain. Setiap apartemen dipastikan ada petugas medis,” ujarnya.

Di apartemennya ada 4 petugas medis yang rutin mengecek cek suhu badan penghuni apartemen.

“Setiap hari 2 kali periksa pagi dan sore,” ujarnya

Rio juga menceritakan mahasiswa Internasional banyak yang jadi relawan. Mereka membantu distribusi logistik ke kamar-kamar apartemen dengan 17 lantai yang saat itu masih berisikan 400 orang

“Saya dilantai 17. Setiap lantai ada 20 kamar,” jelasnya.

Ia menceritakan bahwa stok makanan tidak pernah kurang, cukup sampai evakuasi.

“Kalau saya sih lebih memilih stock kurma, madu, habbatusauda untuk menjaga stamina. Kebutuhan pokok lainnya adalah kentang, beras, buah dan lainnya,” jelasnya yang saat itu tinggal bertiga dengan anak dan istrinya.

Rio menceritakan juga peran pemerintah disaat wabah mengguncang Wuhan. Pemerintah memberi arahan ke kampus dan kampus beri arahan kepada setiap mahasiswa.

“Lewat grup WeChat pemerintah menyampaikan informasi yang detail terkait virus Corona. Pemerintah menyampaikan apa yang harus dilakukan agar kami aman. Juga disampaikan cara pencegahan dari penularan,” ujarnya.

Toko-toko yang buka juga disampaikan lewat grup WeChat. Tentu harga agak mahal. Beberapa toko ditunjuk pemerintah untuk tetap buka. Salah satunya sebuah toserba di dekat apartemennya.

Rio membagikan pengalamannya yang sempat direkam dan disebar lewat https://youtu.be/geAkbwmEPGY  yang penting ditonton dan  menjadi pelajaran buat masyarakat Indonesia. (Web Warouw)

Related Articles

Leave a Comment